Emisi karbon merupakan musuh bersama dunia modern dalam terciptanya ekosistem lingkungan yang lebih bersih. Kendaraan bermotor dengan mesin bakar merupakan aktor antagonis yang secara bertahap akan dipangkas eksitensinya. Indonesia pun sudah berkomitmen mencapat net zero emission (NZE) atau emisi karbon nol pada 2060. Komitmen pemerintah inipun direspons oleh para pelaku bisnis, salah satunya Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Tentunya komitmen ini tidak bisa berjalan baik apabila ada aspek yang hilang. Karenanya TMMIN pun menggelar ruang diskusi nasional yang melibatkan tiga sektor (Tripel Helix) yakni pemerintah, akademisi dan pelaku usaha.
Toyota berkolaborasi dengan perguruan tinggi Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang mengadakan Seminar Nasional dengan tema “100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission“, di gedung Prof. Soedarto, Semarang, Jawa Tengah. Kampus dipilih sebagai tempat yang tepat lantaran sebagai lumbung generasi muda yang memiliki akses untuk melakukan gerakan hijau termasuk melakukan inovasi untuk masa depan.
Sinergi antara triple helix juga diperlukan untuk pengembangan kendaraan elektrifikasi mulai dari para pemangku kebijakan, para pelaku bisnis, hingga para akademisi, serta masyarakat umum, terutama para generasi muda.
“Aktivitas seminar nasional ini harapannya dapat menjadi wadah diskusi komprehensif yang membantu dan mendukung akselerasi Indonesia mencapai target Net-Zero Emission. Hal tersebut tentunya dapat terwujud melalui sinergi bersama antara Institusi Pendidikan, Generasi Muda, dan juga sektor industri khususnya Industri Otomotif nasional,” ujar Warih Andang Tjahjono Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Rabu (25/05).
Warih memaparkan upaya pengurangan emisi melalui ragam pilhan teknologi elektrifikasi ‘Multi-pathway’ sehingga semua pihak dapat berkontribusi menekan emisi karbon. ”Sebagai pelaku bisnis, kami harus mengambil peran aktif untuk pencapaikan tujuan dari net zero emission, lewat produk ramah lingkungan dengan multi-pathway,” jelasnya
Konsep multy-pathway yang dimaksud Toyota, tidak semata-mata menghadirkan kendaraan elektrifikasi baik itu Battery Electric Vehicle (BEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV) ataupun Plug-In Hybrid Vehicle (PHEV). Namun untuk menuju ke sana harus juga diikuti dengan pengembangan teknologi mesin rendah emisi seperti Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing-Intelligent (VVT-I), Dual VVT-I dan lainnya.
Hal ini sudah dilakukan Toyota dengan produk-produk yang mereka hadirkan di tanah air. Bahkan BEV yang dianggap sebagai puncak dari elektrifikasi pun sudah hadir melalui Lexus UX300e dan dalam waktu dekat lagi akan hadir Toyota bZ4X.
Toyota pun dikabarkan tengah membidani terwujudnya Calya EV bersama tiga universitas yakni Institut Teknologi Sepulh November (ITS), Universitas Indonesia(UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). “Musuh bersama kita adalah emisi karbon. Mari kita wujudkan agar semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi menurunkan emisi karbon. No one left behind,” ungkapnya.
Sejalan dengan program NZE, Toyota juga mendukung proses manufakturing yang ramah lingkungan atau yang dikenal dengan istilah Green Manufacturing. Dengan demikian, maka Toyota pun berkomitmen untuk mengeliminasi dan meminimalisir dampak lingkungan yang dihasilkan oleh keseluruhan mata rantai kegiatan bisnis yang dilakukan.
Artikel asli: https://otodriver.com/berita/2022/toyota-terapkan-konsep-multi-pathway-untuk-dorong-net-zero-emission-toychfabion