Kota Semarang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sering dilanda banjir. Maka dari itu, memasuki musim penghujang seperti sekarang, kepedulian masyarakat harus senantiasa ditingkatkan.

Menurut Narulita Santi, S.T, M.Eng, dosen Teknik Geologi Undip, dalam Dialog Kentongan Pro 1 RRI Semarang yang berlangsung pada Rabu, 17 Januari 2024, warga Semarang harus belajar dari pengalaman sebelumnya terkait potensi banjir di musim penghujan. “Kita harus belajar dari pengalaman yang lalu. Kejadian banjir besar pada tahun 2021 akibat luapan Sungai Beringin Mangkang dan Sungai Plumbon Kaligawe jadi pembelajaran,” ujar beliau.

Santi melanjutkan, beberapa permasalahan yang dapat menyebabkan banjir di Semarang diantaranya adalah tata guna lahan yang belum tertata baik. Selain itu, karakter tanah yang sudah jenuh air, drainase yang tidak mengalir, serta berkurangnya fungsi serapa di daerah tinggi juga bisa menjadi penyebab masalah.

Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan kondisi morfologi air yang mengalir di permukaan lebih banyak daripada yang terserap, sehingga banjir pun terjadi. Menurut Santi, masyarakat sebenarnya bisa memaksimalkan potensi dari air hujan ini.

Cara termudah untuk memanfaatkan air hujan menurut beliau adalah dengan membuat serapan air alami melalui penanaman pohon atau pembuatan taman. Selain itu, masyarakat juga bisa membuat serapan air buatan melalui pembuatan sumur resapan dalam, sumur resapan standar, dan biopori.

Penampungan air skala rumah tangga juga bisa digunakan sebagai cara untuk memaksimalkan manfaat dari air hujan. “Penampungan skala rumah tangga bisa berupa tandon, kolam ikan, atau sumur buatan untuk menampung air hujan. Jadi mari jadikan hujan bukan sebagai bencana, melainkan sebagai berkah,” tutur Santi.

Berita disadur dari RRI