Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Departemen PWK Undip bekerja sama dengan University of Hawai’i at Manoa menggelar Summer Course dengan tema “Sustainability and Resilience in the Spatial Development“. Acara yang diadakan dari tanggal 16 Juli hingga 25 Juli 2024 ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara baik secara luring maupun daring. Acara pembukaan berlangsung di R. Teater, Departemen PWK Undip.

Ketua Departemen PWK Undip, Prof. Dr-Ing Wiwandari Handayani, S.T, M.T, MPS menjelaskan, Summer Course ini merupakan yang ketiga kalinya diadakan bersama dengan Urban and Regional Planning, University of Hawai’i at Manoa. Menurut Prof. Wiwandari, ada sedikit perbedaan antara Summer Course di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini, selain diadakan secara hybrid melalui MOOC (Massive Open Online Course), para peserta juga menjalani simposium selama dua hari terkait Pengajaran dan Perencanaan Kota hasil kerja sama dengan LuceSea Foundation, University of Hawai’i at Manoa.

“Tahun ini sedikit berbeda, karena kita gabungkan (program Summer Course) dengan riset kita bersama LuceSea Foundation terkait Pengajaran dan Perencanaan Kota, sehingga kita punya simposium 2 hari, yang dikombinasikan dengan kunjungan lapangan nantinya,” ujar Prof. Wiwandari.

Para peserta Summer Course pada tahun ini berkesempatan untuk mengikuti simposium tentang Pengajaran dan Perencanaan Kota hasil kerja sama dengan LuceSea Foundation, University of Hawai’i at Manoa

Perwakilan dari University of Hawai’i at Manoa, Assoc. Prof. Ashok Das, M.Arch, M.A, Ph.D, menyambut baik Summer Course kali ini. Menurut Ashok, Semarang merupakan tempat yang sangat menarik karena banyak sekali isu yang bisa dipelajari. Ia berharap mahasiswa bisa belajar banyak hal dari Semarang.

“Tidak banyak tempat yang sangat menarik seperti Semarang. Kalian bisa menemukan beragam jenis isu di sini. Kalian bisa mendapatkan isu perkembangan ekonomi, perubahan iklim, kenaikan muka air laut, tradisi, budaya, yang berhadapan langsung dengan modernisasi, urbanisasi, dan penghapusan budaya dan sejarah,” kata Ashok.

Peserta Summer Course sedang berdialog langsung dengan warga terdampak perubahan iklim di Desa Sayung, Demak

Selain mendapatkan materi dan kunjungan lapangan ke desa, para peserta juga berkesempatan untuk belajar membatik di Laksmi Art Batik

Dalam Summer Course ini, para peserta tidak hanya mendapatkan materi dan kelas studio saja. Para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berkunjung secara langsung ke beberapa tempat untuk belajar langsung terkait bagaimana komunitas lokal bertahan di tengah perubahan iklim, seperti Desa Sayung dan Tambakrejo. Selain itu, para peserta berkesempatan untuk belajar membatik di Laksmi Art Batik.

Jacob Wruck, salah satu peserta asal Amerika Serikat, senang dengan adanya Summer Course ini. Baginya, program ini merupakan kesempatan bagus untuk belajar langsung dengan masyarakat terdampak. “Acara ini (Summer Course) sangat menakjubkan. Kita berkesempatan untuk datang ke dalam masyarakat, bertanya langsung kepada warga dan mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan situasi tersebut…Rasanya sangat bagus untuk mengalaminya secara langsung dan berkesempatan untuk tanya kepada warga terkait pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa kita dapatkan hanya dari riset di dalam kelas,” kata Jacob.