Departemen PWK Undip bekerja sama dengan University of Hawai’i at Manoa menggelar Summer Course dengan tema “Sustainability and Resilience in the Spatial Development“. Acara yang diadakan dari tanggal 16 Juli hingga 25 Juli 2024 ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara baik secara luring maupun daring. Acara pembukaan berlangsung di R. Teater, Departemen PWK Undip.
Ketua Departemen PWK Undip, Prof. Dr-Ing Wiwandari Handayani, S.T, M.T, MPS menjelaskan, Summer Course ini merupakan yang ketiga kalinya diadakan bersama dengan Urban and Regional Planning, University of Hawai’i at Manoa. Menurut Prof. Wiwandari, ada sedikit perbedaan antara Summer Course di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini, selain diadakan secara hybrid melalui MOOC (Massive Open Online Course), para peserta juga menjalani simposium selama dua hari terkait Pengajaran dan Perencanaan Kota hasil kerja sama dengan LuceSea Foundation, University of Hawai’i at Manoa.
“Tahun ini sedikit berbeda, karena kita gabungkan (program Summer Course) dengan riset kita bersama LuceSea Foundation terkait Pengajaran dan Perencanaan Kota, sehingga kita punya simposium 2 hari, yang dikombinasikan dengan kunjungan lapangan nantinya,” ujar Prof. Wiwandari.
Perwakilan dari University of Hawai’i at Manoa, Assoc. Prof. Ashok Das, M.Arch, M.A, Ph.D, menyambut baik Summer Course kali ini. Menurut Ashok, Semarang merupakan tempat yang sangat menarik karena banyak sekali isu yang bisa dipelajari. Ia berharap mahasiswa bisa belajar banyak hal dari Semarang.
“Tidak banyak tempat yang sangat menarik seperti Semarang. Kalian bisa menemukan beragam jenis isu di sini. Kalian bisa mendapatkan isu perkembangan ekonomi, perubahan iklim, kenaikan muka air laut, tradisi, budaya, yang berhadapan langsung dengan modernisasi, urbanisasi, dan penghapusan budaya dan sejarah,” kata Ashok.
Dalam Summer Course ini, para peserta tidak hanya mendapatkan materi dan kelas studio saja. Para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berkunjung secara langsung ke beberapa tempat untuk belajar langsung terkait bagaimana komunitas lokal bertahan di tengah perubahan iklim, seperti Desa Sayung dan Tambakrejo. Selain itu, para peserta berkesempatan untuk belajar membatik di Laksmi Art Batik.
Jacob Wruck, salah satu peserta asal Amerika Serikat, senang dengan adanya Summer Course ini. Baginya, program ini merupakan kesempatan bagus untuk belajar langsung dengan masyarakat terdampak. “Acara ini (Summer Course) sangat menakjubkan. Kita berkesempatan untuk datang ke dalam masyarakat, bertanya langsung kepada warga dan mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan situasi tersebut…Rasanya sangat bagus untuk mengalaminya secara langsung dan berkesempatan untuk tanya kepada warga terkait pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa kita dapatkan hanya dari riset di dalam kelas,” kata Jacob.