Kamis, 23 November 2023, Fakultas Teknik menyelenggarakan Kuliah Umum dengan tema “Pengembangan Infrastruktur Hijau untuk Mendukung Konservasi Energi Berkelanjutan menuju Indonesia Emas Tahun 2045”. Acara kuliah umum ini berlangsung di Engineering Hall, Gedung Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc, Lantai 5.

Dekan Fakultas Teknik Undip, Prof. Ir. M. Agung Wibowo, M.M, M.Sc, Ph.D mengungkapkan, Kuliah Umum ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis ke-65 Fakultas Teknik Undip yang diadakan sebagai wadah bagi para alumni Fakultas Teknik untuk saling berbagi ilmu kepada para mahasiswa dan praktisi yang hadir. “Ada bapak Hadjar Seti Adji, beliau alumni dari Departemen Teknik Sipil, ada Bapak Sujarwanto, beliau salah satu penasihat akademik bagi Departemen Teknik Geologi. Di sini juga hadir para tamu dari pemerintah dan organisasi profesi. Semuanya bisa hadir untuk memberikan kuliah umum ini,” ucap beliau.

Dekan Fakultas Teknik Undip, Prof. Ir. M. Agung Wibowo, M.M, M.Sc, Ph.D, sedang memberikan sambutan pembuka pada Kuliah Umum Dies Natalis ke-65 Fakultas Teknik Undip

Dalam kuliah umum ini, beberapa pembicara hadir untuk memberikan beragam materi terkait pembangunan infrastruktur hijau dan konservasi energi. Bagi Prof. Dr. Ir. Hadiyanto, S.T, M.Sc, IPU dari Undip, isu pembangunan infrastruktur hijau ini menjadi hal yang penting untuk dibahas karena dapat mendukung perwujudan visi Indonesia Emas 2045 yang bebas emisi karbon dan lebih ramah lingkungan. Dalam penjelasan materi beliau terkait pemanfaatan alga untuk pembangunan infrastruktur, Prof. Hadiyanto menjelaskan bagaimana untuk saat ini industri harus mulai memanfaatkan potensi yang ada, seperti alga, untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan pembangunan yang lebih hijau.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Dr. A.P Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si. menambahkan, optimalisasi penggunaan sumber daya energi yang berkelanjutan juga menjadi hal yang penting untuk dibahas. Menurut beliau, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menjadi hal yang niscaya untuk dilakukan karena berkaitan dengan konservasi energi berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan global untuk mengurangi emisi karbon. Di Indonesia sendiri, menurut beliau, EBT memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan. Namun sayangnya, secara ekonomi pemanfaatan EBT ini masih belum maksimal karena tingginya biaya produksi. “Kita sudah punya sumber energi lainnya. Sumber energi itulah yang seharusnya dioptimalkan,” ujar beliau.

Dekan Fakultas Teknik bersama Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan dan Ketua Dies Natalis ke-65 Fakultas Teknik Undip berfoto bersama para pembicara

Ir. Diana Kusumastuti, M.T, pembicara utama dari Kementerian PUPR, juga mengakui betapa sulit bagi Indonesia untuk bisa mencapai target bebas emisi sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045. Bagi beliau, kebutuhan untuk membangun infrastruktur secara masif masih sangat dibutuhkan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Masalahnya, hal ini menjadi tantangan karena pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan belum bisa dilangsungkan secara masif karena masalah biaya. “Kebutuhan air, rumah, sampah, dan sebagainya akan bertambah ke depannya. Belum lagi terjadi kesenjangan di daerah barat, tengah, dan timur yang masih membutuhkan pembangunan masif,” kata beliau.

Bagi Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Kelistrikan, Dr. Sripeni Inten Cahyani, S.T, M.M, kampus- kampus di Indonesia, seperti Fakultas Teknik Undip, seharusnya bisa menjadi titik tumpu bagi penemuan-penemuan penting yang dapat memecahkan permasalahan ini. Kampus sebagai pusat inovasi harusnya bisa mengembangkan pemanfaatan EBT dan pembangunan infrastruktur hijau yang lebih efektif, efisien, serta lebih terjangkau biayanya. “Kampus selalu jadi tumpuan dalam menghasilkan penemuan-penemuan penting,” ungkap beliau.

Ir. Hadjar Seti Adji, M.Eng.Sc, Direktur Human Capital dari PT Wijaya Karya menuturkan, tren industri saat ini lebih banyak berfokus pada isu pembangunan infrastruktur yang sadar lingkungan, sadar sosial, dan berkelanjutan. Beliau menyarankan kepada para praktisi industri dan institusi pendidikan untuk mulai mengembangkan kurikulum berwawasan hijau dan berkelanjutan, serta mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan, seperti dengan memanfaatkan energi baru terbarukan. “Perusahaan di luar sana saat ini memerhatikan isu Environmental, Social, and Governance (ESG) ini. Kita harus mulai berorientasi ke sana,” pungkas beliau.