Pilih Laman

(18/8) Semarang – Hunian nyaman, aman, dan sehat tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun pertambahan populasi begitu pesat, sedangkan tanah tidak dapat memperluas dirinya. Karena itu perlu alternatif untuk menciptakan hunian yang nyaman bagi manusia.

Universitas Diponegoro sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri terus melakukan pengembangan SDM, guna membantu pengembangan Indonesia. Dalam kesempatan ini  Fakultas Teknik, Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Undip mengikuti perlombaan menata perkampungan kumuh di Jakarta, yang diselenggarakan IAP (Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia) wilayah Jakarta.

Undip mengirimkan tiga tim yang bersaing dengan 60 tim, yang terdiri atas 480 peserta dari berbagai universitas negeri maupun swasta. Dua tim Undip berhasil masuk grand final, yaitu M-03 sebagai juara 1 dan M-25 menjadi juara 1 harapan. Universitas lain yang berhasil menjadi peserta grand final yakni ITB (Institut Teknologi Bandung) yang membawa dua penghargaan ( juara 2 dan juara 2 harapan), dan Universitas Indonesia sebagai juara 3.

Kepada tim IKA Undip, Novia Sari Ristianti, S.T., M.T., dari bagian Kemahasiswaan PWK Undip sekaligus pembina tim M-03 menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk output dari lomba mendesain atau menata kawasan kampung kumuh di Jakarta.

“Konsep dalam kegiatan ini adalah bagaimana membuat kampung kota ini menjadi kampung yang lebih sehat dan resilient khususnya di masa pandemi. Seperti yang kita ketahui kampung di Jakarta hampir semuanya saling berdempetan, karena itu dua masalah ini yang ingin diselesaikan, yaitu menjadikan kampung yang sehat dan bagaimana menciptakan ruang hijau, ruang terbuka untuk meningkatkan tingkat kesehatan lebih baik,” paparnya.

Novia menuturkan, untuk lokasi sudah ditentukan pihak IAP yang bekerja sama dengan Pemprov DKI dan tentu saja Anies Baswedan. Menurut Novia, anak bimbingannya memilih wilayah Manggarai karena strategis.

“Kami memilih daerah ini karena ini wilayah yang strategis. Wilayah ini dikenal sebagai wilayah sibuk, tapi juga terkenal sebagai wilayah kumuh dan memiliki tingkat kriminalitas tinggi. Menurut kami sendiri, pemilihan wilayah ini tepat karena sesuai dengan konsep awal yaitu mengubah wilayah kumuh dan menjadikan wilayah sehat,” ungkap Dosen PWK Undip ini.

Dalam kesempatan yang sama IKA Undip juga berhasil mewawancarai Muhammad Farhan Attarikshah, salah satu anggota tim M-03. Karya timnya ini dinamakan “Kampung Sejali”, Kampung Sehat, Hijau Mandiri yang sesuai dengan tema keberlanjutan SDGs dan tentunya tidak memakan banyak biaya.

Farhan menjelaskan timnya mengusung tema Sponge City pada konsep pembaharuan Manggarai. Sponge City merupakan konsep baru dalam dunia PWK dan baru dilakukan oleh beberapa negara, salah satunya di Cina, yaitu di Wuhan dan Chongkin.

 “Konsep ini masih baru dalam dunia PWK dan masih sangat belum banyak digunakan. Kami memilih menggunakan Sponge City karena seperti kita ketahui Jakarta sangat sering mengalami banjir dan pada wilayah pertamanya Cina sudah berhasil diterapkan dan berhasil, maka kami berniat untuk menggunakan konsep ini sebagai inovasi kami dalam membuat perencana kota,” jelas Farhan.

Konsep ini menurutnya berbeda dengan bentuk relokasi pada umumnya, karena ia dan kelompoknya menemukan bahwa Manggarai memiliki konsep sosial yang tinggi. Oleh karena itu mereka menerapkan model modular yang tetap menjaga perkampungan, sehingga warga dapat tetap berinteraksi.

Farhan juga menjelaskan bahwa konsep modular yang mereka buat dikhususkan pada satu RT, sehingga keramahtamahan warga tetap terjaga. Selain itu setiap blok dilengkapi fasilitas ruang terbuka yang fleksibel. Farhan berharap konsep tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan aslinya. (Patricia)

Tangkapan Layar: Zoom Apps Pengumuman Lomba IAPI 2021

Sumber asli: https://www.ikaundip.org/readmore/73724-kampung-sejali-karya-tim-pwk-undip-raih-juara-i