Eddi Santosa – detikNews
Semarang – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Thammasat University Thailand bekerjasama melakukan kegiatan joint studio perencanaan wilayah dan kota.
“Kegiatan bertema Urban Informal Sectors Survival Strategies ini mengambil kota Semarang sebagai lokasi studi,” tutur Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama Dr. Istadi kepada detikcom, Selasa (20/4/2010).
Kegiatan ini ditangani Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dengan Department of Urban Planning Faculty of Architecture and Planning, Thammasat University, Bangkok, Thailand.
Tercatat ada 65 mahasiswa sebagai partisipan, terdiri dari 50 mahasiswa Undip dan 15 mahasiswa Thammasat, serta dua dosen pendamping yakni Ir. Jawoto Sih Setyono MDP dan Ir. Artiningsih MSi (Undip), serta Ramon C. Sevilla, PhD (Thammasat).
Selama kegiatan (29/3-10/4/2010), mahasiswa mengumpulkan data dan mengamati 12 lokasi di Semarang, antara lain Simpanglima, Pasar Johar, Tlogosari, Mijen, Poncolsari, Tembalang, dan Sampangan.
Ada empat fokus yang diangkat, meliputi perumahan kumuh, perdagangan kaki lima, transportasi informal, serta pengelolaan sampah oleh masyarakat.
Saat pengumpulan data, mahasiswa menyebarkan kuesioner, melakukan wawancara, membuat pemetaan potensi dan permasalahan yang berhubungan dengan sektor informal.
“Selanjutnya diharapkan mahasiswa mampu memberikan rekomendasi bagi penanganan permasalahan sektor informal kota, khususnya di Kota Semarang, kepada semua pihak yang membutuhkan,” terang Istadi.
Menurut Istadi, kerjasama dengan Thammasat University ini masih akan berlanjut. Direncanakan pada semester akan datang joint studio ini giliran diselenggarakan di Thailand.
Di sana mahasiswa Undip akan me laksanakan kegiatan lapangan di beberapa lokasi di Bangkok dan kota-kota di sekitarnya.
“Aspek positif lebih luas diharapkan muncul setelah kegiatan ini usai, misalnya mampu sebagai proyek percontohan bagi pengembangan pola pendidikan pada jurusan-jurusan lain di berbagai universitas di Indonesia,” demikian Istadi.