Penataan ruang ini juga harus bisa membantu masalah penanggulangan bencana di Indonesia. Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Indonesia (WALHI) tahun 2003, jumlah kejadian alam skala besar di Indonesia mencapai 647 peristiwa, meliputi banjir, longsor, gempa bumi, angin topan, tsunami. Dengan ribuan korban jiwa dan kerugian material ratusan milyar. Belum lagi, ratusan ribu orang kehilangan nyawa. Maka sudah saatnya, penataan ruang bisa dikembangkan dengan penyediaan bagi mitigasi bencana, misalnya membangun jalur evakuasi, zona penyangga untuk menguransi energi tsunami sehingga daya rusaknya menurun.
Sementara itu, dalam sambutannya Rektor Undip, Prof Dr Susilo Wibowo mengatakan perencanaan tidak ada gunanya jika tidak dibarengi kerja keras dan kemampuan mengimplementasiikannya. “Intinya, planning dan implementasi harus cepat dan lebih bagus daripada planning bagus tapi dilakukan besok. Arah sekolah planning yang ada di Indonesia hasil akan dijadikan kurikulum inti dalam proses belajar mengajar pada anggota ASPI serta untuk pengajuan Akredsitasi,” ujar Suslio.
Ketua ASPI Ir Haryo Winarso, M.Eng. Ph,d mengatakan, sekolah-sekolah perencanaan di Indonesia saat ini telah menunjukkan ada keahlian khusus yang terlihat dari karya penelitian dan kiprah pemikiran-pemikiran akademik yang praktis dan optimal. Dia menambahkan, para perencana di Indonesia harus dapat menyelesaian masalah bangsa, sehingga warna pendidikan perencanaan di Indonesia tidak hanya diberikan secara konseptual tetapi juga dengan pengalaman praktis. Kombinasi warna yang tidak hanya menarik dan bernilai tinggi, tetapi juga akan berguna secara praktis dapat terlihat di sekolah perencanaan di Indonesia