Rabu, 13 Desember 2023, 2 guru besar baru Fakultas Teknik resmi dikukuhkan. Dua guru besar tersebut yakni Prof. Dr. Ir. Badrus Zaman, S.T, M.T, IPM, ASEAN Eng. dari Departemen Teknik Lingkungan dan Prof. Dr. Adian Fatchur Rochim, S.T, M.T, SMIEEE dari Departemen Teknik Komputer. Kedua guru besar tersebut dikukuhkan di Gedung Prof. Soedarto, SH, Undip Tembalang.
Pengukuhan guru besar ini merupakan bagian dari rangkaian pengukuhan 42 guru besar baru Universitas Diponegoro yang diumumkan pada September yang lalu. Di periode Desember ini, ada 17 guru besar yang akan dikukuhkan. Dari ketujuh belas guru besar baru tersebut, Fakultas Teknik mendapatkan 9 guru besar baru.
Prof. Dr. Ir. Badrus Zaman, S.T, M.T, IPM, ASEAN Eng, dalam pengukuhannya sebagai guru besar bidang ilmu bioteknologi lingkungan, memaparkan pidato ilmiah berjudul “Pengolahan Sampah Domestik secara Biodrying sebagai Penghasil Energi Alternatif yang Berkelanjutan”.
Dalam pidatonya, beliau menjelaskan bagaimana metode biodrying lebih efektif dan menguntungkan secara ekonomi dalam pengolahan limbah dibandingkan metodi composting. Hal ini karena metode biodrying menghasilkan sampah dengan kadar air yang lebih rendah, limbah turunan yang lebih sedikit, serta kalor yang lebih tinggi sehingga berpotensi untuk menjadi penghasil energi alternatif yang cukup terjangkau dan ramah lingkungan.
“Teknologi biodrying merupakan proses biologis berkelanjutan yang mampu untuk mengatasi permasalahan timbulan sampah yang tinggi sebagai teknologi pengolahan yang reliabel, efektif, efisien, mudah dioperasikan, biaya yang relatif murah, berkonsep sirkular sekaligus dapat bernilai ekonomis, sehingga hal ini lebih mudah diterima oleh masyarakat dan pemangku kepentingan,” jelas beliau.
Sedangkan Prof. Dr. Adian Fatchur Rochim, S.T, M.T, SMIEEE, guru besar baru bidang ilmu komputer cerdas dan scientometrics, mempresentasikan pidato beliau yang berjudul “Modifikasi Algoritma Indeks-H Indikator Dampak Peneliti yang Lebih Proporsional”.
Dalam pidato tersebut, beliau mengusulkan penyesuaian baru dalam perumusan Indeks-h yang saat ini banyak digunakan dalam menilai kinerja penelitian dari seorang peneliti. Menurut beliau, indeks-h masih belum bisa membedakan dengan presisi kinerja dari peneliti dengan publikasi rendah sitasi tinggi, publikasi tinggi sitasi rendah, dan publikasi tinggi sitasi tinggi. Bagi beliau, hal tersebut menjadi masalah karena penilaiannya menjadi tidak proporsional.
“Kelemahan dari indeks-H adalah tidak mampu membedakan antara peneliti dengan jumlah publikasi rendah dan sitasi tinggi, peneliti dengan publikasi tinggi dan sitasi rendah, dan ketiga adalah peneliti dengan publikasi tinggi dan sitasi tinggi. Sebaagi contoh, dari dua set data peneliti A dan B, dengan jumlah sitasi B lebih rendah daripada A, dan jumlah artikel B lebih rendah dari peneliti A, nilai indeks-H dari peneliti B lebih tinggi dari A. Maka dari itulah kita sebut sebagai ketidakproporsionalan,” terang beliau.
Beliau menyarankan perlunya penambahan indeks baru yang lebih mengutamakan keadilan dan keproporsionalan (fairness) untuk memodifikasi indeks-h sehingga bisa menilai kinerja peneliti dengan lebih presisi. “Fairness yang diangkat sebagai isu utama (dalam penelitian beliau), bisa menjadi lahan eksplorasi baru bagi scientometricians untuk mengkaji dimensi baru selain jumlah artikel dan sitasi,” ucap beliau.
Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H, M.Hum, Rektor Universitas Diponegoro, berpesan kepada para guru besar baru untuk senantiasa menjaga amanah baru mereka sebagai guru besar Undip. “Bersyukurlah saudara sekalian, karena saudara bisa menjadi gur besar tidak lain dan tidak bukan hanya karena ridha dan izin Allah sajalah. Maka sudah sepantasnya kita mensyukuri itu dengan tetap menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya,” ucap beliau.
Foto oleh Humas Undip