”Kendala dalam mendesain, selain bentuk lahan tipis dan memanjang seperti lintah, juga jenis tanah lempung tak memungkinkan semua jenis tanaman bisa hidup di sana,” ujarnya.
Karena itu, mereka memilih jenis tanaman peneduh dan hias seperti pohon aren, jambu mete, jeruk besar, mawar, dan perdu untuk menghias taman kota tersebut. Selain itu, tanaman pisang sebagai ciri khas taman juga dipertahankan.
Daya Tarik
Lokasi kebun pisang Penjaringan yang merupakan akses keluar-masuk ke Bandara Soekarno-Hatta menjadi poin tersendiri sebagai daya tarik Jakarta. Taman itu didesain terdiri atas dua zona, yakni taman pasif untuk paru-paru kota dan taman aktif yang bisa diakses masyarakat.
Taman kota kebun pisang itu dirancang juga terdiri atas memiliki 20% area air berupa polder, 50% area hijau, dan 30% area publik seperti fasilitas taman bermain, jogging track, dan dermaga, sekaligus dilengkapi dengan tower komunikasi.
”Kami menghindari desain taman yang bisa dipakai tidur oleh gelandangan dengan menerapkan model jogging track,” katanya.
Salah satu kelebihan taman itu, tutur dia, adalah memasukkan aspek sosial dalam proses desain.
Masyarakat sekitar yang sebagian besar masyarakat menengah ke bawah dilibatkan dengan bisa mengambil hasil dari kebun pisang serta menggunakan area bermain.
Dr Ir Eddy Prianto CES DEA, sebagai dosen koordinator, menyatakan pada ajang yang diikuti mahasiswa arsitektur dan arsitektur profesional itu, Arsitektur Undip mengirim 15 tim.
Setiap tim terdiri atas empat mahasiswa dan seorang dosen pembimbing. Dua tim lolos ke peringkat sepuluh besar. Namun hanya satu tim yang masuk peringkat ketiga.
Berita Terkait: Suara Merdeka, 3 Desember 2009