Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Semarang.undip.ac.id.Emansipasi wanita. Kata-kata itu yang selalu keluar bilamana kita berbicara mengenai RA Kartini. Bahkan tanggal 21 April, tanggal lahir Kartini, dijadikan sebuah hari yang sakral dan selalu diperingati setiap tahunnya untuk mengenang Kartini dan perjuangannya. Perjuangan Kartini untuk sebuah kesetaraan, khususnya kesetaraan hak perempuan dan laki-laki, berdasar pada apa yang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Dari situlah muncul gagasan-gagasan Kartini untuk mengangkat derajat perempuan yang kemudian dikenal dengan gerakan emansipasi wanita.

Emansipasi seperti apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh Kartini, dan untuk siapa perjuangan itu? Pertanyaan inilah yang kemudian muncul dan menjadi sebuah renungan. Kartini yang dengan gigihnya berjuang untuk sebuah emansipasi, sudah mulai memudar. Selain itu, emansipasi yang selalu diagungkan dengan nama Kartini seakan-akan menjadi sebuah alat baru untuk sebuah alasan. Contoh yang paling jelas adalah ketika ada perempuan yang berkata, “Emansipasi to ya.” Tetapi ketika dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat, mereka lalu berkata, “Kok aku yang melelakukan, aku kan cewek.” Pernyataan-pernyataan inilah yang membuat emansipasi menjadi sebuah hal yang mudah untuk diubah, sesuai dengan keinginan pelaku. Lalu bagaimana posisi emansipasi saat ini ketika di lain sisi kita juga melihat seorang ibu rumah tangga yang bekerja lebih berat dari suaminya. Apakah itu juga dapat dikatakan sebagai sebuah kesetaraan?

Bermula dari renungan itulah yang kemudian direspon oleh Teater Emka, Fakultas Ilmu Budaya , Universitas diponegoro, dengan mengangkat tema Kartini, untuk Siapa Perjuanganmu? Surat untuk Kartini. Aksi ini mengajak kawan-kawan mahasisiwa mengenakan pakaian adat selama dua hari pada Rabu dan Kamis, 18-19 April 2012. serta menulis surat untuk Kartini yang nantinya akan dibacakan pada hari Kamis, 19 April 2012, pukul 14.00 WIB, di Area Crop Cyrcle (Halaman FIB) sebagai puncak acara.

Litbang Teater Emka, Ahmad Khoirul Asyhar menyampaikan bahwa “kegiatan ini membawa pesan bahwa dengan memakai pakaian adat kita bisa kembali dekat dengan Kartini dan mungkin juga dengan perjuangannya. Selain itu, pemakaian pakaian adat selama dua hari itu juga merupakan sebuah perjuangan bagaimana mempertahankan budaya di tengah serangan budaya-budaya asing“.

Selain kegiatan kuliah dengan mengunakan pakaian adat selama 2 hari berturut-turut ini Teater Emka juga akan membagikan kertas kepada seluruh mahasiswa FIB dimana mereka dapat menuliskan aspirasi, harapan atau opini mengenai Perjuangan Kartini dimasa kini.

Surat-surat tersebut nantinya akan di bacakan pada puncak aksi peringatan perjuangan Kartini pada tanggal 19/4 pukul 14.00 wib, di Area Crop Cyrcle (Halaman FIB). Surat yang akan dibacakan adalah surat-surat yang ditulis oleh kawan-kawan mahasiswa dan juga surat-surat Kartini kepada teman-temannya.

Aksi diharapkan dapat memberikan sebuah perenungan bagi semua. Bagaimana Kartini berjuang demi kesetaraan, dan bagaimana kesetaraan itu dipandang sebagai sebuah kekuatan yang bukan menjadi sebuah alasan. Demikian juga dengan pakaian adat, tidak hanya digunakan dalam upacara-upacara adat, tetapi bagaimana pakaian adat dapat kita gunakan untuk beraktifitas sehari-hari, termasuk kuliah. Aka-Ir