Seminar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan kunjungan Loughborough University (United Kingdom) ke Universitas Diponegoro. Kedua belah pihak mengadakan penelitian bersama terkait Blue Green Infrastructure di Kota Semarang yang berlangsung dalam jangka waktu 18 bulan. Tim peneliti dari Universitas Diponegoro terdiri dari Jati Utomo Dwi Hatmoko (FT), Ferry Hermawan (FT), dan Wido Prananing Tyas (FT), sedangkan dari dari Loughborough University, UK adalah Lee Bosher, Ksenia Chmutina, dan Robby Soetanto. Acara yang dibuka oleh Dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik Ir. M. Agung Wibowo , melibatkan beberapa project partners dan stakeholder terkait. Blue Green Infrastructure merupakan konsep yang menghubungkan fungsi hidrologi perkotaan (blue infrastructure) dengan sistem vegetasi (green infrastructure) ke dalam desain tata kota.
Nuraini Rahma Hanifa selaku Puslitbang Perukim PUPR mengangkat materi tentang “Earthquake Disaster in Indonesia”. Banjir, gempa bumi, dan tsunami merupakan beberapa bencana nasional yang kerap terjadi di Indonesia. Dampak bencana ini sangat besar terhadap masyarakat dalam kerusakan fisik bangunan, infrastruktur maupun ekonomi mereka terutama yang disebabkan oleh gempa bumi. Indonesia, termasuk Jawa memiliki resiko gempa bumi yang sangat besar sehingga diperlukan upaya agar masyarakat mampu kembali menata kehidupannya pasca bencana dan terus berkelanjutan.
Selanjutnya, Dr. Lee Bosher memberikan materi terkait “The Roles of People and Nature in Urban flood risk management”. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam manajemen bencana, karena masyarakatlah yang nantinya akan memperoleh dampak langsung. Berkaitan dengan bencana, kasus banjir yang terjadi di Semarang disebabkan oleh land subsidance, climate change, ataupun curah hujan yang tinggi. Perlu adanya penanganan yang serius dalam permasalahan banjir di Semarang dan dapat dilakukan melalui Blue Green Infrastructure pungkas dari salah satu dosen Loughborough University, UK.
Dr. Suharyanto yang merupakan narasumber dari UNDIP menyampaikan materinya tentang “Experience of Semarang Resilience City”. Sistem peringatan dini banjir sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk siaga bencana, di Semarang contohnya ada di Kelurahan Wates.