(4/7) Semarang – Senin, 4 Juli 2022 hari pertama kegiatan Summer Course oleh Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Undip yang bekerja sama dengan University Hawai’i at Manoa – USA. Summer Course ini dilaksanakan secara offline, hybrid, dan online yang dihadiri oleh beberapa peserta internasional dan mahasiswa dari kelas International Undergraduate Program Program (IUP-PWK).
Hadir sebagai pembicara Associate Professor Ashok Das, M.Arch., M.A., Ph.D (University Hawai’i at Manoa – USA), dan peserta internasional diantaranya Damian (James Cook University – Australia), Vivian Feranil Gapido (Philippines), Mahmood Taha (Yemen). Pada hari pertama summer course pembukaan dan briefing yang dihadiri oleh Prof. Ir. M. Agung Wibowo, MM, M.Sc., Ph.D (Dekan Fakultas Teknik, Undip), Dr. -Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT. MPS (Kepala Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota). Selanjutnya paparan dan diskusi di Ruang Theatre, DURP Undip, mengenai Social and Environmental Issues in Informal Settlement, SDGs Concept to Improve Quality Life in (Informal) Settlement, Overview of Semarang City & Governance for Achieving SDSs in Semarang City, People Empowerment in Disaster Risk Management.
(5/7) Semarang – Selasa, 5 Juli 2022. Hari kedua Field Visit pertama dan kedua ke tempat-tempat yang menjadi studi kasus dalam summer course kali ini, antara lain Tambak Lorok dan Kampong Bustaman. Kunjungan ke Tambak Lorok ini mengangkat tema “Resiliency and Adaptation toward Flooding” dikarenakan Tambak Lorok merupakan kelurahan di Semarang Utara yang sering terkena banjir rob saat air laut mengalami pasang. Dalam sesi ini, para peserta yang telah dibagi menjadi empat grup melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap lingkungan dan warga di sekitar Tambak Lorok. Setelah dilakukan kegiatan tersebut, masing-masing peserta melakukan presentasi. Dari presentasi tersebut, permasalahan terbesar yang dialami oleh warga Tambak Lorok adalah banjir rob dan pengelolaan sampah. Banjir tersebut tidak dapat diprediksi sehingga setiap tahun warga harus meninggikan rumah mereka. Namun, masih banyak dari mereka yang tidak melakukan renovasi tersebut karena kurangnya pendapatan yang ada. Hal ini berdampak pada lingkungan yang kurang sehat. Terdapat kelompok yang mengusulkan solusi untuk membangun Mangrove Cultivation Center sebagai mitigasi dari banjir rob. Akan tetapi, banyak sekali tantangan dan perubahan pada area tersebut, tetapi sulit untuk dipertahankan dikarenakan kegiatan perkotaan.
Lokasi kedua Field Visit adalah Kampung Bustaman yang terkenal dengan gulai kambingnya karena biasa digunakan untuk jagal kambing yang akan diolah menjadi gulai. Kampung ini dikembangkan oleh Hari Bustaman yang juga mencetuskan budaya Gebyuran sekitar sembilan tahun yang lalu. Warga yang menetap di Kampung Bustaman memiliki etnis campuran, diantaranya Tiongkok, India, dan Arab. Kampung Bustaman juga memiliki banyak UMKM dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi produk UMKM sejak tahun 2006. Kampung Bustaman juga terkenal dengan ramah tamahnya karena selalu menerima tamu dengan senyuman yang menjadi ikon dari kampung tersebut. Namun, kegiatan penjagalan di kampung tersebut menjadi sebuah diskusi oleh peserta mengenai dampak Kesehatan terhadap warga sekitar kampung tersebut.
(6/7) Semarang – Rabu, 6 Juli 2022, Field Visit ketiga dan keempat dengan tujuan Waduk Jatibarang dan Kampong Malon. Di Waduk Jatibarang, peserta mengunjungi Kantor Pengelola untuk mengetahui wilayah waduk tersebut secara geografis. Selain itu, para peserta juga berkunjung ke salah satu komunitas masyarakat di Waduk Jatibarang untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan dari waduk tersebut. ”Pembangunan waduk ini telah melalui banyak proses mulai dari penggantian pekerjaan dari pertanian ke pariwisata”, ujar salah satu anggota komunitas waduk. Di tujuan selanjutnya, peserta mengunjungi Kampong Malon yang terkenal dengan pusat produksi batik menggunakan bahan alami. Disini, para peserta belajar tentang pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan dedaunan untuk menjadi bahan pewarna alami dari batik. Selain itu, para peserta juga melihat langsung proses pembuatan batik.
Setelah dilakukan Field Visit, para peserta akan melakukan diskusi kembali beberapa hari kedepan. Dengan adanya summer course ini diharapkan para peserta baik dari dalam maupun luar negeri dapat belajar tentang kondisi lingkungan, pemukiman, dan komunitas, serta dapat dijadikan sebuah studi dan analisis untuk perbaikan dari destinasi yang telah dikunjungi melalui ilmu-ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota.